Mahasiswa Teknik Geofisika Insitut Teknologi Bandung, aktif berorganisasi, magang, dan menekuni kompetensi yang berkaitan dengan keilmuan. Memiliki kemampuan interpersonal yang baik, berkolaborasi dengan tim, berfikir kreatif, dan mampu menyelesaikan permasalahan yang didukung dengan pengalaman berorganisasi dan kompetisi.

Dari Bahaya Menjadi Wisata: Transformasi Tambang Batubara untuk Masa Depan Berkelanjutan

Jumat, 3 Januari 2025 08:31 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi kegiatan pertambangan.
Iklan

Solusi berkelanjutan lingkungan bekas pertambangan batubara.

Tanjung Enim, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, telah lama menjadi salah satu pusat tambang batu bara terbesar di Indonesia. Kontribusi sektor pertambangan dalam mendorong perekonomian lokal maupun nasional tidak dapat disangkal. Selama bertahun-tahun, hasil tambang dari kawasan ini telah menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, baik melalui penciptaan lapangan pekerjaan maupun kontribusinya terhadap pendapatan daerah. 

Namun, dibalik pencapaian itu, aktivitas tambang juga meninggalkan jejak lingkungan yang serius. Lahan bekas tambang yang terbengkalai menghadirkan risiko serius terhadap lingkungan dan keselamatan masyarakat sekitar jika tidak dikelola dengan baik. Lubang tambang yang tidak dikelola dengan baik dapat berubah menjadi genangan air asam yang mencemari air tanah dan aliran sungai di sekitarnya.

Dampak ini tidak hanya merusak kualitas air, tetapi juga mengancam kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber air bersih. Selain itu, daerah bekas galian tambang rentan terhadap erosi dan longsor, yang berpotensi merusak pemukiman hingga lahan pertanian di sekitar area tersebut. Dampak lingkungan akibat aktivitas petambangan juga merusak ekosistem. Flora dan fauna kehilangan habitat alaminya, sehingga mengancam keanekaragaman hayati di daerah tersebut.

Di sisi lain,  ketergantungan ekonomi masyarakat pada sektor tambang ini menempatkan mereka dalam ketidakpastian ketika cadangan Batubara kian menipis. 

Tanjung Enim memiliki potensi untuk bertransformasi menjadi destinasi wisata berbasis geologi dan ekowisata. Langkah ini tidak hanya menawarkan solusi strategis terhadap permasalahan lingkungan, tetapi memberikan harapan baru bagi keberlanjutan ekonomi masyarakat sekitar. Kawasan bekas tambang dengan lanskapnya yang unik dapat direklamasi dan dikembangkan menjadi objek wisata yang dapat menggabungkan edukasi dan rekreasi. Dengan pengelolaan yang baik, kawasan ini dapat dimanfaatkan menjadi taman geologi yang tidak hanya menampilkan keindahan tetapi juga dapat memberikan edukasi tentang sejarah geologi dan proses penambangan.  


Transformasi kawasan tambang menjadi destinasi wisata berbasis ekowisata membuka peluang besar untuk menciptakan sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Dengan berkembangnya sektor wisata, tercipta berbagai lapangan pekerjaan, mulai dari pemandu wisata hingga tenaga kerja di sektor pendukung lainnya, seperti transportasi dan restoran. Selain itu, peningkatan aktivitas ekonomi lokal dapat merangsang tumbuhnya usaha-usaha kecil dan menengah yang melayani kebutuhan pengunjung.Sehingga ketergantungan masyarakat pada sektor tambang perlahan dapat berkurang, digantikan oleh sumber penghidupan yang lebih berkelanjutan. 


Disini peran geofisika penting dalam mengatasi tantangan tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah geolistrik. Secara sederhana, geolistrik menjadi salah satu cara untuk “mengintip” bawah permukaan tanpa perlu menggali. Metode ini bekerja dengan mengalirkan arus listrik ke dalam tanah dan mengukur responnya. Geolistrik dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan air tanah yang mungkin tercemar limbah tambang, seperti air asam yang mengandung logam berat.

Air asam ini cenderung lebih mudah menghantarkan listrik, sehingga alat geolistrik dapat mengenali area-area yang terkontaminasi. Selain itu, geolistrik juga membantu mengidentifikasi struktur tanah yang lemah atau berpotensi longsor, serta menentukan apakah tanah cocok untuk penanaman vegetasi.  


Dengan menggunakan teknologi geofisika, langkah pemulihan dapat dilakukan dengan tepat dan lebih efisien, sehingga pemulihan ekosistem yang rusak dapat lebih cepat terwujud. Reklamasi lingkungan dengan penanaman vegetasi lokal menjadi salah satu solusi awal yang penting untuk memulihkan ekosistem bekas tambang. Penanaman pohon-pohon lokal di area bekas tambang tidak hanya dapat memperbaiki kualitas tanah tetapi juga mengembalikan habitat bagi flora dan fauna yang terdampak.

Tentunya, keberhasilan transformasi ini membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mengatur kebijakan reklamasi dan mendukung Pembangunan infrastruktur wisata. Di sisi lain, perusahaan tambang terkait sebagai aktor utama pada sektor tambang di kawasan ini dapat memanfaatkan program tanggung jawab sosial perusahaan untuk membantu reklamasi dan pengembangan wisata.  


Jika dibiarkan tanpa ada upaya transformasi, lahan bekas tambang di Tanjung Enim akan terus menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan masyarakat. Tanpa dilakukan reklamasi yang tepat, kerusakan lingkungan akan terus berlanjut. Selain itu, dampak negatifnya terhadap ekosistem lokal akan semakin meluas, dan masyarakat akan terus terjebak dalam ketergantungan ekonomi pada sektor tambang yang tidak lagi dapat diandalkan.  


Namun, jika langkah-langkah yang tepat diambil, Tanjung Enim memiliki potensi besar untuk mengalami transformasi positif, dari kawasan tambang menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya memperbaiki lingkungan tetapi memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakatnya. Keberhasilan transformasi ini sangat bergantung pada kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan hingga masyarakat.

Sinergi yang baik antara ketiga unsur ini akan memastikan bahwa Tanjung Enim bisa menjadi contoh bagaimana mengelola lahan bekas tambang dengan cara yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan. Pemerintah dapat mengambil peran penting dalam menetapkan kebijakan yang mendukung pengelolaan kawasan bekas tambang ini serta menyediakan insentif bagi pengembangan sektor wisata.

Perusahaan dapat menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk reklamasi dan membantu pengembangan infrastruktur wisata yang mendukung. Sementara itu, masyarakat yang terlibat akan mendapatkan manfaat langsung dalam bentuk lapangan pekerjaan baru dan peluang usaha.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muhammad Fachri Patria Akhbar

Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Pilihan Editor

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua